Dalam upaya untuk meningkatkan peranan perempuan dalam pengembangan wirausaha, terutama melalui iptek, YASMIB Sulawesi kerjasama dengan YAPPIKA-ActionAid melakukan kegiatan Lokakarya Keberlanjutan Usaha Ekonomi Perempuan berbasis Desa di Wisma Malaqbi Kabupaten Mamuju pada tanggal 23-24 Mei 2022.

Tujuan dari kegiatan ini untuk mengetahui potensi pengembangan ekonomi perempuan desa dan merumuskan strategi keberlanjutannya.

Peserta kegiatan terdiri dari, Pemerintah Kabupaten, Dunia Usaha, OMS/CSO, Pemerintah Desa, dan Komunitas Desa sebanyak 25 orang.

Rosniaty Azis, selaku fasilitator menyampaikan, pasca bencana gempa Mamuju tahun 2021. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah persoalan ekonomi keluarga, terutama perempuan. YASMIB Sulawesi bersama YAPPIKA-ActionAid melakukan upaya penguatan ekonomi perempuan berbasis desa.

“Perempuan memiliki potensi dalam mengembangkan sumber daya alam yang ada di desa. Persoalan ekonomi perempuan di desa tidak bisa di serahkan kepada pemerintah desa sepenuhnya, diharapkan keterlibatan semua sektor baik itu dari pemerintah maupun swasta yang memiliki program peningkatan ekonomi,” ungkapnya.

Selain itu, Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Khatmah Ahmad selaku Narasumber mengatakan, dalam RPJMN perempuan bisa menjadi aktor strategis dalam pembangunan.

“Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memiliki program prioritas yang dikemas dalam Three Ends, yakni akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, akhiri perdagangan manusia, dan akhiri kesenjangan ekonomi,” jelasnya.

Sementara, Sekretaris Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Kabupaten Mamuju, Nursiah menyampaikan, kami sangat mengapresiasi yang dilakukan oleh YASMIB dengan membentuk kelompok usaha yang ada di Desa Taan dan Desa Ahu.

Ia menambahkan, Dinas Koperasi akan mensupport proses perizinan usaha kelompok yang telah di bentuk. Legalitas badan usaha sangat penting karena untuk mendapatkan bantuan baik berupa peningkatan kapasitas maupun bantuan modal usaha, kelompok usaha harus memiliki legalitas yang jelas.

Dilain sisi, salah satu peserta dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Barat menyampaikan, informasi program inkubasi bisnis bagi kelompok usaha baru memulai usaha yang dilaksanakan setiap tahunnya.

Lanjutnya, Program Inkubasi Bisnis ini untuk kelompok usaha yang baru, kelompok usaha tersebut akan di inkubasi seperti bayi, yang betul-betul kami bina sampai menjadi kelompok usaha yang mandiri. Kami juga akan bimbing kelompok tersebut memiliki jiwa semangat yang tidak mudah menyerah.

“Kami juga akan membantu untuk mendapatkan perizinan SKP (Sertifikat Kelayakan Pengolahan). SKP tersebut akan memudahkan dalam mengurus perizinan usaha,” jelasnya.

Diakhir sesi, peserta mengidentifikasi masalah pengembangan ekonomi perempuan di level desa, kabupaten dan provinsi. Salah satu masalahnya yaitu belum ada tools yang dimiliki Pemerintah dalam melakukan monitoring dan evaluasi program terkait ekonomi.

YASMIB Sulawesi bersama YAPPIKA-ActionAid akan membuat tools monev untuk mengukur kinerja/tingkat keberhasilan program yang dilaksanakan.

Pangkep — Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) sebagai suatu ruang interaksi sosial yang terletak di antara ekonomi dan negara. Terdiri dari lingkungan kekerabatan, lingkungan organisasi/asosiasi, gerakan sosial, dan bentuk-bentuk komunikasi publik. Serta mendorong dibukanya partisipasi bagi masyarakat dalam proses pelaksanaan kebijakan.

Untuk meningkatkan dan menguatkan kapasitas OMS yang ada di daerah, Direktur USAID DRG Walter Doetsch melakukan kunjungan di Sulawesi Selatan. Untuk diskusi dan berinteraksi langsung dengan OMS lokal.

Utamanya menganai isu-isu yang berkaitan dengan penguatan demokrasi dan pemerintah di tingkat lokal di Indonesia. USAID mengundang mitra utama diantaranya YASMIB Sulawesi, LEKRAC, dan Anggota Simpul Belajar MABACA di Sekretariat LEKRAC, Kabupaten Pangkep, Kamis 12 Mei 2022.

Dalam meningkatkan kapasitas dan keberlanjutan OMS di daerah maka perlu membangun relasi yang responsif terhadap kerja-kerja OMS.

Direktor YASMIB Sulawesi Rosniaty Azis selaku DPS menyampaikan, pada tahun pertama menjalankan program MADANI, YASMIB Sulawesi berupaya memperkuat kapasitas organisasi lain dengan pengetahuan yang ditransfer dari teknikal asistensi yang dilakukan oleh MADANI pusat.

Kemudian selain itu mengawal dan memperkuat LEKRAC untuk menajdi Lead Parnert (LP) di tahun kedua meskipun ini menjadi tugas yang berat.

“Di tahun pertama juga kami mengawal pembentukan Learning Forum (LF) yang ada beberapa oranisasi lokal yang saat itu juga memperkuat mereka dalam berbagai isu. Khususnya yang dikawal oleh teman-teman yaitu KIBBL. Selain proses penguatan dari forum kami juga memperkuat proses advokasi, walaupun YASMIB sudah bekerja di Kabupaten Pangkep tapi untuk isu KIBBL kami berupaya bagaimana membawa ke isu strategis di level kabupaten,” katanya.

Program Manager LP Lekrac, Firdaus AR memaparkan progress kinerja sebagai LP. Selama menjalankan program MADANI dilakukan isu tematik yaitu kesehatan ibu bayi baru lahir (KIBBL) dan pembentukan Pokja Kolaboratif Desa Sehat sebagai proses keberlanjutan Pokja pasca Program selesai.

“Progres dari apa yang dikerjakan selama ini dengan dilakukakannya isu tematik KIBBL, Pembentukan Pokja Kolaboratif Desa Sehat dan wacana replikasi di wilayah kepulauan,” ungkapnya.

Menanggapi diskusi tersebut, Direktur USAID/DRG Walter Doetsch menyampaikan, setiap organisasi memiliki karakter yang berbeda-beda. USAID-MADANI tidak dapat mengajarkan caranya, tetapi berperan untuk menfasilitasi.

Untuk memilih pihak yang diajak bekerjasama perlu rencana strategis. Karena tidak semua pihak yang diajak membangun relasi adalah pihak yang responsif.

“Organisasi juga perlu terus menjaga kredibilitas, ketika organisasi dapat dipercaya, maka akan berhasil dan mendapat lebih banyak dukungan,” ucapnya.

Diakhir pertemuan bersama OMS lokal yang ada di Pangkep Direktur USAID memberikan startegi agar OMS lokal tetap bertahan dan berkelanjutan dalam kinerja-kinerjanya.

“Dalam melakukan intervensi juga dapat fokus melakukan kemitraan. Organisasi juga perlu mengembangan kapasitas, jika tantangan dihadapi besar cukup dikerjakan secara bertahap,” ungkapnya.